
gambar apakah ini? hehehe.Ini adalah gambar yang diambil dari potongan iklan salah satu produk pemutih yang sangat populer, yang tentu saja tidak perlu saya sebutkan namanya. Sudah bisa menebak iklan apa?
Iya, ini adalah salah satu produk yang iklannya sering sekali ditayangkan di televisi. Ada kalimat yang saya ingat (kata-katanya agak lupa, tapi mungkin kurang lebih begini) misalnya :
"sekarang aku punya banyaaak sekali teman, ini Nara, ini... (diucapkan oleh seorang anak perempuan kecil, yang kakaknya tiba2 dikelilingi banyak laki-laki tampan setelah si kakak pakai produk pemutih)". Atau ada juga iklan versi lain yang menampilkan sepasang suami-istri yang sedang tidur di ranjang dalam posisi yang berjauhan. Lalu setelah 7 hari si istri memakai produk pemutih wajah, pemandangan suami-istri yang sedang tidur itu kembali ditampilkan. Bedanya, kali ini mereka tidur di tengah ranjang dengan posisi yang berdekatan, yang artinya si suami lebih mencintai si istri karena sekarang si istri telah berubah menjadi ---lebih--- cantik (karena wajahnya lebih putih dari sebelumnya). Versi lain? Ada. Kita semua pasti pernah menonton iklan bersambung dari produk ini, yang (lagi-lagi) memperlihatkan seorang perempuan yang mendapatkan kembali cintanya karena dia memakai produk pemutih, dan pacarnya yang dulu pergi pun kembali padanya. Versi yang paling baru? Kali ini giliran sepasang suami-istri publik figur, si istri bercerita dengan cengengesan, bahwa suaminya dulu begini, sekarang begitu, dulu begini, sekarang begitu, dst. Dimana hal yang bersifat "sekarang begitu" ini lebih baik dari yang "dulu begini", intinya yah kurang lebih sama dengan iklan produk ini yang sebelumnya. Masih ada versi-versi lain yang saya kurang ingat (atau malas mengingat?), tapi benang merah dari segala versi ini mudah sekali untuk ditarik, yaitu "putih = cantik ; cantik = putih ; yang tidak putih = kurang cantik" ; kalau ingin tampil menarik = harus putih".
Menurut saya, ini adalah kekerasan terhadap perempuan. Mereka membuat stereotipe tentang sosok bagaimana fisik perempuan seharusnya. Mereka menciptakan kriteria 'cantik dan menarik', yang dilakukan lewat media, sebuah sarana yang hampir tidak mungkin untuk tidak dilihat orang, dan informasi itu dengan mudahnya masuk ke dalam pikiran masyarakat, dalam hal ini khususnya para perempuan. Sayang sekali, karena seharusnya setiap perempuan bisa menyadari bahwa mereka masing-masing punya keunikan, dan
bukan hanya dihibur dengan kepemilikan inner beauty :)
Itu hanya salah satu contoh dari sekian banyak kekerasan industri dan media terhadap perempuan. Saya hanya berpikir, bukankah para perempuan sudah direpotkan dengan berbagai macam kekerasan, baik fisik maupun non fisik? Sebut saja kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dalam dunia kerja, atau sampai hal-hal yang kecil seperti di-suit-suit-neng-mau-kemana-nih-sendirian-aja yang dilakukan oleh orang2 yang biasanya nongkrong di pinggir jalan. Dan sekarang, pola pikir mereka pun tidak luput menjadi korban kekerasan, dan ironis nya, sangat mungkin mereka sama sekali tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban industri dan media. Eksploitasi habis-habisan tubuh perempuan telah menjadi sesuatu yang biasa di sarana media, seolah-olah perempuan tidak punya sisi lain yang bisa di ekspos.
Cuma satu pertanyaan di pikiran saya, apakah satu hari nanti para perempuan Indonesia bisa menunjukkan dirinya dan membuktikan bahwa mereka punya sesuatu yang bisa dibanggakan, dan bukan hanya sekedar 'sesuatu' yang (mungkin saja) semestinya tidak menjadi konsumsi publik? we'll see...