Saturday, March 29, 2008
Friday, March 28, 2008
things happened in pandas obygn
Tuesday, March 25, 2008
Capek : marah-marah mode *ON*
jadi ceritanya begini,
di rumah saya sejak kira-kira 2 bulan yang lalu baru mulai berlangganan indovision, yah setelah bertahun-tahun mau langganan tapi nggak jadi-jadi karena nggak ada yang berinisiatif ngurusin. Jadilah 2 bulan lalu itu saya yang daftar dan ngurus ini-itu, mulai dari daftar, pasang, bayar iuran, dll. Nggak ada masalah...
Sampai pada suatu hari si indovision ini bermasalah, menunya ilang, channelnya ilang, jadi agak bingung yah kalo nonton tv, soalnya kan nggak hafal semua nomor channel. Terus saya teleponlah itu customer service, dan saya disuruh melakukan tahapan seperti "keluarkan kartunya dari decoder, lalu masukkan lagi, dst". Tetep nggak bisa. Saya telepon lagi, si operator meminta saya melakukan tahapan-tahapan yang lain lagi. Hasilnya tetapi nihil. Nggak ada perubahan. Seingat saya, saya waktu itu sampai berkali-kali telepon customer service itu. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mendatangkan teknisi ke rumah saya.
Beberapa hari kemudian mas-mas teknisi itu datang, dan masalah 'channel dan menu hilang' pun selesai, beres.
Tapi tau nggak apa yang terjadi? tiba-tiba layar tv jadi gelap kalau udah sore menjelang malam. Entahlah, mungkin sinyal-nya atau apanya saya juga nggak tau dan nggak ngerti. Intinya adalah : itu tv nggak bisa ditonton kalau udah malam. Jadi si indovision itu hanya berguna di waktu pagi, siang dan sore. Nah, orang-orang di rumah saya itu semua punya aktivitas dari pagi sampai sore, dan baru bisa istirahat setelah malam hari. Jadi jelaslah bahwa "tv nggak bisa ditonton malam-malam' itu sesuatu hal yang agak menyebalkan.
Akhirnya hari jumat kemarin saya menelepon kembali customer service indovision, saya pun menceritakan permasalahan yang menimpa tv saya. Si operator berkata akan mendatangkan teknisi kembali ke rumah saya.
Nah berhubung sampai hari ini tidak ada seorangpun teknisi yang terlihat datang ke rumah saya, maka saya pun menelepon customer service untuk yang kesekian kalinya. Nah kali ini saya menelepon dalam kedaan benar-benar baru pulang dari kuliah yang bikin capek lahir batin : kuliah ilmu kebidanan dan kandungan. Hasilnya saya jadi bicara di telepon dengan nada yang judes dan 'menekan', kalau dipikir-pikir kasihan juga mbak-mbak operator yang menerima telepon dari saya itu...
Kira-kira begini cuplikan percakapan saya (S) dengan mbak-mbak operator (MO) itu...
MO : selamat sore, dengan ........ (menyebut namanya), bisa dibantu?
S : sore... mbak, saya mau complain
MO : iya, dengan siapa saya bicara
S : saya nurul hanifa
MO : iya, bisa dibantu?
MO : bla-bla-bla *dia balik menjelaskan tentang macam-macam hal yang bikin saya semakin pusing karena nggak langsung pada titik permasalahan*
sebenarnya mungkin mbak-mbak operator itu menjelaskan sesuai prosedur yah, tapi berhubung saya aja lagi capek, jadi di telinga saya penjelasannya terdengar seperti "ngung-ngung-ngung" gitu. Dan berhubung saya ini orangnya sangat super nggak sabaran, jadilah nada dan intonasi suara saya mulai meninggi...
S : gini ya mbak, sekarang tolong datangkan aja teknisi secepatnya ke rumah saya, dan tolong jangan ada problem lagi
MO : iya ini sudah kami jadwalkan kedatangan teknisi kami
S : mbak, tapi kalau nanti setelah diurus oleh teknisi ada masalah lagi gimana?
MO : bla-bla-bla-bla-bla
S : gini deh mbak, saya nggak mau lagi ada hal-hal semacam ini. Saya ini orangnya sibuk mbak (cieee gaya... padahal mah kagak...), jadi saya nggak punya waktu banyak untuk ngurus hal-hal kayak begini terus. Saya langganan beginian bukannya menghibur malah jadi ngerepotin saya. Kenapa saya jadi mesti sering nelpon kesini sih? jadi membuang-buang waktu saya.
MO : iya kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini
S : iya mbak, saya juga minta maaf nih, jadi marah-marah. Soalnya nggak beres-beres
Begitulah kira-kira, nanti kalau teknisi datang lagi ke rumah saya, saya akan pastikan bahwa semuanya beres, dan sebisa mungkin nggak menimbulkan problem lagi. Kalau perlu minta nomor hp teknisi, supaya kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan, nggak perlu lewat operator lagi dan teknisi bisa datang secepatnya... Walaupun mungkin masalahnya bukan pada indovision-nya, tapi televisi di rumah saya? atau antena-nya? yah, who knows? saya sih yang penting bisa cepet beres... :p
p.s : buat mbak operator, maapin lahir batin ye mbak karena saya ngomel-ngomel...
Monday, March 24, 2008
the ugly me
1. mungkin karena akhir2 ini saya malas sekali bersihin muka setiap mau tidur? karena saya cuma mengandalkan cuci muka pakai sabun muka setiap kali mandi?
2. mungkin karena saya memang capek, lagi nggak enak badan, dan tadi terpaksa bangun jam 3 pagi karena semalam saya nggak kuat belajar untuk pre test obgyn hari ini?
3. mungkin karena saya terlalu banyak mikirin hal yang nggak penting?
4. mungkin karena saya kurang makan sayur dan buah, dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak? (apa ada hubungannya?)
5. mungkin saya banyak dosa?
6. mungkin... apa lagi ya?
saya nggak tau apa sebabnya, sepertinya sih poin yang nomor 3 adalah faktor yang paling berperan... lack of thankful... i often forget to thank God for everything i have,,,
*merenung*
...
Sunday, March 16, 2008
Saturday, March 15, 2008
Oh Tenyata... *based on true story*
Tapi seingat saya, itu tidak berlangsung lama. Saya kemudian mendapati bahwa pikiran saya agak sedikit lebih dewasa dari teman-teman saya, saya berpikir bahwa semuanya tergantung dari individunya sendiri. Makanya saya tidak begitu mendengarkan "kata-kata nggak enak" dari orang-orang di sekitar saya ketika saya memilih untuk 'mendudukkan diri' saya ke kursi FK Trisakti ketimbang FKG Unpad yang saya dapatkan dari SPMB/UMPTN. Kenapa? karena saya percaya bahwa kesuksesan itu tergantung dari individunya, bukan institusi tempat dia belajar. Okey, memang sistem sedikit banyak akan berpengaruh, tapi kenyataannya tidak semua lulusan universitas negri itu sukses, dan tidak semua lulusan universitas swasta itu tidak sukses.
Banyak sih waktu itu kalimat-kalimat yang mampir di telinga saya, ketika mulai banyak orang tau saya memilih untuk menjadi mahasiswi universitas swasta, misalnya :
"kok masuk trisakti sih?" *dengan nada luar biasa heran*
"udah ambil FKG Unpad-nya aja, setaun, trus taun depan ikut SPMB lagi deh..."
"emang trisakti bagus?" *dengan nada sok tahu, dan saya yakin dia bukan menilai "trisakti"nya, tapi cuma melihat dari faktor "swasta"nya saja*
Masih ada lagi deh, kalimat-kalimat yang lain, tapi saya udah lupa. Tapi saya memang ikut SPMB dengan prinsip "siapa tau dapet FK UI", dan seingat saya waktu itu saya memang nggak terlalu 'hot' belajar untuk dapet kursi disana. Benar-benar nothing to lose. Walaupun kalau dapet juga pastinya saya akan senang, karena bayar semester-nya bakalan lebih murah, dan yang paling penting adalah : lebih dekat dari rumah saya
Fenomena universitas negri dan swasta itu terus berlanjut lho, bahkan ada hal-hal yang membuat saya heran. Banyak teman-teman saya yang masih menyesali "kenapa nggak berhasil masuk universitas negri". Kalau menurut saya sih, ini menurut saya lho... mbok ya sudahlah, hadapi saja yang ada, fokus, konsentrasi pada dirimu dan lakukan yang terbaik, nggak perlulah sampai terlihat nelangsa seperti itu (beneran ada lho temen saya yang masih terlihat menyesali dirinya karena dia bukan mahasiswi universitas negri). Kalau menurut saya sih (sekali lagi ya, ini cuma menurut saya), memangnya apa sih yang kamu impikan yang ada di universitas negri? toh disana juga kamu harus berjuang, sama seperti sekarang. Dan menurut saya juga nggak harus bangga juga kalau kamu bisa masuk universitas negri, itu kebanggan yang salah total (sorry to say, but that's true)
Ada satu cerita, yang bikin saya semakin yakin bahwa bukan negri atau swasta-nya yang penting, tapi individu-nya. Jadi beberapa hari yang lalu saya sakit, nggak enak badan udah beberapa hari. Berhubung kerjaan lagi banyak, jadi saya memutuskan ke dokter. Dokter yang saya kunjungi ini adalah dokter anak yang cukup berpengalaman, beliau juga seorang konsulen kesehatan anak. Saya sudah cukup lama 'langganan' sama dokter ini, jadi beliau sudah kenal saya dan tahu kalau saya mahasiswi kedokteran, jadi setelah saya diperiksa dan diberi wejangan tentang pola hidup sehat dan pastinya disuruh mengurangi berat badan (it always be like that), biasanya ditutup dengan ngobrol-ngobrol tentang pendidikan kedokteran. Nah kebetulan pada kesempatan itu beliau cerita tentang residen (dokter umum yang sedang mengikuti program pendidikan dokter spesialis) dimana beliau sebagai pembibimbing para residen itu. Kurang lebih percakapannya seperti ini :
dokter : mbak kalau mau ambil spesialis mendingan PTT dulu, biar udah pernah terjun langsung ke masyarakat.
saya : oh gitu ya dok, tadinya sih saya mau langsung aja ambil spesialis, nanti PTT-nya PTT spesialis, gitu dok...
dokter : iya tapi nanti pengetahuannya beda mbak. Itu residen ada 3 orang, payah-payah tuh mbak. Nggak tau apa-apa... padahal lulusan FK ............ (menyebutkan salah satu universitas negri di Jakarta yang sangat terkenal dan dipuja-puja orang). Wah, itu pemeriksaan, diagnosis, resep, sebagian besar ya masih saya yang ngerjain. Gitulah, gimana ya, blo'on, nggak tau apa-apa...
saya : *melongo* hah? itu lulusan FK ..............., dok?
dokter : iya
saya : ooooh, kirain kalo lulusan FK ............. pinter-pinter, ternyata enggak juga ya dok?
dokter : yah, enggak mbak. Nggak juga.
saya : *dalam hati* "OH TERNYATA..."
Begitulah, itu fakta. Cerita yang bukan saya karang, tapi saya dengar langsung dari seorang dokter spesialis anak yang berpengalaman.
Jadi saya pikir sama aja yah, nggak usah suka membeda-bedakan. Kita semua bukan dinilai dari tempat dimana kita belajar, tapi dari kesungguhan kita untuk bisa bermanfaat buat orang-orang di sekitar kita...
Friday, March 14, 2008
Cinta Tidak Harus Berwujud Bunga
Udah lama nggak buka email, eh dapet email dari teman saya di milis SMA. Perasaan dulu udah pernah baca deh, tapi diposting ah, because it's worth to read...
Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."
Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan. ...
Jadi inget, ada quote dari sebuah film...
"Kita semua mendambakan cerita cinta yang romantis, sampai-sampai kita lupa mensyukuri apa yang kita miliki saat ini..."
(Ethan Hawke --- Before Sunrise)
Soto, soto....
saya ini termasuk pecinta soto, tapi yang tanpa santan, hehehe. Jadi saya nggak begitu suka soto betawi, trus apalagi ya soto yang pakai santan? soto padang belum pernah nyoba sih, tapi mungkin nggak begitu doyan juga kali ya? tapi kalo ditraktir sih masih mau makan koq
nah pas hari selasa kemarin saya pulang kuliah bareng teman saya, Melissa. Nah berhubung lagi laper, jadi saya bilang "Mel, makan yuk. Mau nggak makan soto yang di tempat biasanya itu. Yuk mel (dengan muka berharap), kan udah lama kita nggak makan disana" Dan melissa pun langsung jawab "Yuk..." *asikkk*
Bener deh, soto di tempat saya makan itu ENAK banget, suer, nggak bohong. Nama tempatnya RAJA SOTO, di daerah mana ya itu namanya? pokoknya deket gerbang tol jatibening deh. Rasanya mirip sama soto-soto di jogja *soalnya disini susah nyari soto yang rasanya kayak soto di jogja*
kapan-kapan kesana lagi ya mel :p
Antara Pandas Anak, ASD, dan Aku...
Pas hari pertama pandas anak kita dikasih beberapa kasus yang mesti dibuat status dan dipresentasikan besok harinya, dan itu ditunjuk sama sang dosen. Jadi terserah beliau, siapa yang disuruh presentasi kasus. Yang berarti mau nggak mau kita mesti siap dengan flash disk berisi materi presentasi. Macam-macam kasus itu nggak susah-susah banget sih, clue-nya cukup lah untuk menegakkan diagnosa kerja. Tapi saya cukup dibuat merasa bodoh oleh kasus di hari terakhir..
here is the case...
Seorang anak perempuan berumur 2 bulan, datang dengan keluhan mencret sejak 5 hari sebelum dibawa ke RS. Tinja berwarna kuning kehijauan, lendir (+), darah (-), ampas (-). Tidak nafsu makan, BB menurun, dan sering mengeluh lekas lelah tapi tidak ada sesak nafas. Tidak pernah terlihat kebiruan dan tidak pernah ada gangguan minum susu.
apakah diagnosisnya? sekilas saya berpikir diare akut nih, pasti diare akut... tapi "sering mengeluh lekas lelah" itu membawa pikiran saya ke kelainan jantung. Tapi apa ya? yang jelas dia bukan kelainan jantung sianotik, karena tidak terdapat kebiruan, tetralogi fallot, transposisi arteri besar, dkk pun tersingkirkan. Aduh apa ya? sampai saya berangkat ke kampus, saya belum menemukan ide diagnosisnya apa, hiks... tapi pikir saya, kenapa juga mesti ada diare? 5 hari? kuning kehijauan? agak mengacaukan tebakan saya bahwa itu adalah kelainan jantung.
Tapi ternyata teman-teman saya juga bingung, jadi kami memutuskan untuk menentukan diagnosis dengan ngitung kancing (caution : don't try this on real child!!!) "Patent ductus arteriosus aja deh, udah itu aja, nanti keburu dr.Widagdo dateng, kita belum selesai ngerjain"
Dan tau nggak sih sodara-sodara? waktu presentasi selesai, dr.Widagdo baru mengatakan satu hal yang MAHA PENTING dalam kasus ini "anak ini di pemeriksaan fisiknya didapatkan bunyi jantung II nya ada wide splitting"
saya langsung berkata pelan : "ASD"...
ampun deh... kenapa nggak dikasih tau dari waktu kemarin ngasih kasus itu...
wide splitting bunyi jantung II itu tanda khas untuk ASD (atrial septal defect), dan saya baru ingat, anak dengan kelainan jantung bawaan yang asianotik (ASD, VSD, COA, PDA, dll) itu memang biasanya datang dengan keluhan diare dan baru diketahui ada kelainan jantung setelah pemeriksaan fisik.
beneran nih, saya nggak bakalan lupa tentang kasus ini...
Monday, March 10, 2008
The Second Activity
"Kalian itu jadi dokter itu nanti jadi rutinitas ya. Seperti saya ini, yah bosen sih kagak, tapi jenuh... Makanya harus punya second activity, supaya nggak jenuh"
Saya juga jadi inget kata-kata ibu saya yang bilang begini :
"Eh kita kan nggak pernah tau masa depan, besok itu gimana. Siapa tau kamu jadi dokter itu jadi kerjaan sampingan"
Iya sih ya, dua kalimat itu ada benernya juga. Kalau saya sih memang dari dulu terpikir untuk menjalani bidang lain juga, disamping bidang yang sesuai dengan latar belakang pendidikan saya. Tapi apa ya? apa ya? apa ya? Dulu sempat terpikir untuk terima pesenan kue, tapi mengingat kemampuan yang belum memadai, jadi rencana itu di-pending dulu deh
Hm...
Tapi kayaknya 1 jenis pekerjaan aja udah ribet ya, apalagi kalau dobel-dobel...yah maklumlah, saya kan masih muda, jadi mimpi-nya banyak, hehehe...
“Hope is the dream of a soul awake”
(French Proverb quotes)
Sunday, March 9, 2008
Dim Sum, love it much! ^o^
iya, saya ikut kursus bareng tante Lies, yah tante Lies ini sih udah jago dalam dunia per-kuliner-an, beruntunglah saya punya tante seperti beliau...
saya semangat banget mau ikut kursus ini, soalnya saya doyaaan banget yang namanya hakau udang. Kalau jajan dim sum berasa mahal ya, jadi saya mesti bisa bikin sendiri, hehehe... Tempat kursusnya juga enak, metode pengajarannya cocok buat saya yang masih baru mengawali karir di dunia dim sum...
ini mbak Fatmah yang ngajar, mirip Astri Ivo nggak sih?
ayo perhatikan anak-anak...
Tante Lies lagi ngisi lumpia...
Nih tadi yang sempet difoto pas mentah cuma hakau-nya aja, hehehe...
Ini nih hasil dim sum : shau mai, hakau udang, lumpia udang dan mayonaise *enaaakkk*
tapi parutan wortel diatas shau mai itu agak kebanyakan nggak sih? :p
oiya tadi juga belajar bikin angsio kaki ayam...
yah, pokoknya hari ini saya senang... meskipun mayoritas peserta yang ikut itu ibu-ibu (jadi agak nggak nyambung kalo mau ngobrol ), tapi yang penting sekarang bisa bikin hakau sendiri...
cheers :)