(mungkin) sejak kecil saya sudah punya cita-cita, mau jadi apa ketika besar nanti. Tapi cita-cita saya berubah-ubah, karena berbagai alasan tertentu...
Saya juga pernah mengalami fase dimana saya tidak punya cita-cita, waktu itu kalau ada kerabat yang bertanya pada saya "ifa kalau udah gede mau jadi apa sih?", tau jawaban saya apa? begini "apa aja deh, asal nggak jadi dokter"... Agak aneh ya, mengingat saya sekarang ini saya nyemplung di dunia dokter-dokteran.
Begini cerita perkembangan cita-cita saya...
Saya juga pernah mengalami fase dimana saya tidak punya cita-cita, waktu itu kalau ada kerabat yang bertanya pada saya "ifa kalau udah gede mau jadi apa sih?", tau jawaban saya apa? begini "apa aja deh, asal nggak jadi dokter"... Agak aneh ya, mengingat saya sekarang ini saya nyemplung di dunia dokter-dokteran.
Begini cerita perkembangan cita-cita saya...
1)
Pertama kali saya punya cita-cita, saya ingin jadi seperti bapak saya, bekerja di sebuah perusahaan minyak. Kenapa? karena waktu itu saya pikir itu keren, bekerja di tengah laut atau hutan, ada menara-menara yang tinggi, pakai kostum dan topi helm yang (waktu itu) saya anggap bagus. Orang-orang di sekitar saya bilang bahwa itu cita-cita yang bagus, mereka bilang "iya tapi kalo mbak ifa nanti kerjanya di kantor-nya, nggak di lapangannya, soalnya kalo perempuan kerja di perminyakan itu biasanya kerjanya di bagian kantor" Saya waktu itu cuma bilang "ooo gitu ya?" dan lantas mengubah cita-cita saya, lha wong saya kepingin kerja di perusahaan minyak karena berpikir bakal kerja di lapangan, kok malah disuruh kerja di kantor? Dan karena waktu itu saya masih kecil, seingat saya, saya tidak protes dengan perkataan itu,yang menekankan pembedaan antara laki-laki dan perempuan, yang satu harus bekerja dimana, dan yang lain dimana...
2)
Saya mengubah cita-cita saya, programmer komputer. Saya juga tidak habis pikir kenapa saya pernah ingin jadi seorang programmer, karena mengingat ke-gaptek-an saya sekarang ini, kayaknya agak tidak mungkin saya jadi programmer. Waktu itu saya diterima di salah satu universitas swasta yang (kata orang) terkenal bagus jurusan teknik informatika-nya. Bahkan saya lolos tes program internasional dari universitas ini. Tapi saya mengurungkan niat untuk belajar hal-hal yang berhubungan dengan komputer dan menjadi programmer, karena saya berpikir kalau seorang programmer itu mesti kerja kantoran (benar nggak sih?), sedangkan saya kurang tertarik dengan kerja kantoran dan rutinitas tiap hari di jam dan gelombang yang sama.
2)
Saya mengubah cita-cita saya, programmer komputer. Saya juga tidak habis pikir kenapa saya pernah ingin jadi seorang programmer, karena mengingat ke-gaptek-an saya sekarang ini, kayaknya agak tidak mungkin saya jadi programmer. Waktu itu saya diterima di salah satu universitas swasta yang (kata orang) terkenal bagus jurusan teknik informatika-nya. Bahkan saya lolos tes program internasional dari universitas ini. Tapi saya mengurungkan niat untuk belajar hal-hal yang berhubungan dengan komputer dan menjadi programmer, karena saya berpikir kalau seorang programmer itu mesti kerja kantoran (benar nggak sih?), sedangkan saya kurang tertarik dengan kerja kantoran dan rutinitas tiap hari di jam dan gelombang yang sama.
3)
entah kapan, saya tidak ingat, tapi saya merasa pernah ingin jadi seorang penari jawa. Saya suka sekali dengan berbagai macam hal yang berhubungan dengan dunia seni. Mungkin kalau saya secantik dian sastro atau wulan guritno, hampir bisa dipastikan saya memilih jadi artis saja, hehehe... kenapa saya ingin jadi penari jawa? kenapa bukan yang lainnya, seperti tari bali, tari serampang duabelas, tari saman, atau tari kecak misalnya? bukan karena saya ini berdarah jawa, tapi karena waktu itu di mata saya para penari jawa itu sangat indah dilihat ketika mereka sedang menari. Rasanya adem, ayem, menenangkan hati gimana gitu. Gerakannya pelan-pelan tapi ayu sekali, hebat... Tapi ya tentu saja itu cuma sebatas cita-cita, karena alasan ini dan itu saya tidak benar-benar menjadikan penari sebagai cita-cita saya... padahal kalau bisa sih sebenarnya mau juga :p
4)
nah kalau yang ini adalah profesi yang akhirnya saya pilih. saya heran juga sih, padahal dulu saya pernah berkata pada seseorang yang saya lupa siapa, "aduh aku sih jadi apa aja juga mau asal bukan dokter, pokoknya ga bakal ada plang yang tulisannya dr.Nurul Hanifa, nggak bakaaalll..." hehehe, dasar anak kecil, kalo ngomong suka sembarangan,,, nggak mikir kalo ngomong gitu nanti bisa jadi dokter beneran!
1> Saya dulu takut banget sama yang namanya Rumah Sakit. Saya selalu berkeringat dingin dan deg-degan setiap diajak ke Rumah Sakit. Seringnya sih kalau ada teman atau saudara yang dirawat di Rumah Sakit, saya ogah ikut menjenguk, saya memilih untuk menunggu mereka pulang ke rumah dan saya akan menjenguk mereka di rumah saja.
2> Saya dulu tidak kuat melihat orang sakit. Campur aduk, antara kasihan, nggak tega, dll. Pokoknya setiap melihat orang sakit, lutut saya langsung lemas...
3> Saya dulu takut melihat kursi roda atau orang yang duduk di kursi roda. Tapi itu cuma dalam beberapa waktu, karena saya jadi tidak takut lagi setelah almarhumah nenek saya memakai kursi roda dan saya sering menemani beliau waktu itu, jadinya lama-lama saya jadi terbiasa melihat, menyentuh dan bergaul dengan kursi roda, bahkan kadang-kadang saya menaikinya dan dijalankan kesana kemari :p
4> cuma 1 nilai plus saya kalau saya belajar menjadi seorang dokter : saya tidak takut darah.
Saya sempat berpikir kenapa ya koq saya agak takut dengan hal-hal semacam itu, dan mungkin saya sekarang sudah tahu jawabannya. Sepertinya saya agak trauma ketika waktu itu saya menjenguk adik saya yang baru lahir di salah satu Rumah Sakit di daerah kuningan (dimana waktu itu saya masih biasa-biasa saja datang ke Rumah Sakit, saya sama sekali tidak takut atau apa). Nah tiba-tiba saya berpapasan dengan seseorang yang menggunakan kursi roda, dan OMG beliau tidak punya kaki, jadi hanya sebatas paha saja. Mungkin kalau saya pikir-pikir sekarang, itu adalah hal yang memang bisa saja terjadi, tapi apalah daya, ketika itu saya hanya seorang anak kecil yang begitu shock melihat pemandangan seperti itu. Dan sejak itu saya mulai takut untuk melangkahkan kaki ke Rumah Sakit. Kalaupun saya terpaksa ke Rumah Sakit, saya selalu celingukan, memastikan bahwa tidak ada hal-hal yang seram di sekitar saya.
Tapi semua hal itu sekarang bisa saya atasi, mungkin sejak nama saya terdaftar sebagai mahasiswi kedokteran, saya berusaha untuk melawan semua ketakutan saya, dan akhirnya saya sekarang berani ke Rumah Sakit sendirian dengan melenggang kangkung (dulu sih harus ada yang menemani dan saya pegang erat-erat tangannya kalau berkunjung ke Rumah Sakit)
Saya tidak tahu apa yang membuat saya memutuskan untuk mengambil jurusan kedokteran, yang jelas keputusan itu saya buat hanya sekitar sebulan sebelum pendaftaran masuk universitas. Dan saya mendaftar di kampus saya sekarang ini, pada hari terakhir pendaftaran dimana keesokan harinya saya langsung mengikuti tes masuk. Saya ingat, waktu itu saya benar-benar belajar keras untuk tes masuk itu, dan saya lulus dengan hasil yang sangat memuaskan (hehehe... bukan karena saya pintar, tapi tebakan saya pasti anak-anak yang lain tidak terlalu belajar karena mereka ---mungkin---tidak terlalu menginginkan status kemahasiswaan di universitas swasta)
Akhirnya saya pun benar-benar kuliah di jurusan kedokteran, dan tolong ya sodara-sodara, saya tidak pernah bangga-bangga banget dengan status itu seperti yang orang-orang kebanyakan pikir. Pasti tidak banyak yang tahu kalau saya pernah hampir berhenti dan pindah ke jurusan lain waktu saya baru menyelesaikan semester pertama saya, alasannya? Standar, saya merasa bodoh dibandingkan teman-teman yang lain, sebab IP semester 1 saya jauh dibawah teman-teman saya. Tapi saya tidak jadi pindah ke jurusan lain, dan saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah kedokteran saya dengan kepercayaan penuh bahwa saya akan bisa menyelesaikan ini semua, bagaimanapun caranya, dan lama-kelamaan saya berhasil mengatasi ketertinggalan nilai-nilai saya (bukannya saya mengagung-agungkan nilai, tapi itu cerminan dari hasil belajar kita juga kan ya?). Dan ternyata memang benar, Tuhan mengulurkan tanganNya kepada mereka yang telah bekerja keras :)
wish me luck for being a qualified doctor...
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------waktu itu saya berkata dengan nada yang sungguh-sungguh dan berkesan nggak-banget-kalo-gue-jadi-dokter. Kenapa? Ada beberapa alasan kenapa saya bisa sampai bicara seperti itu, :
1> Saya dulu takut banget sama yang namanya Rumah Sakit. Saya selalu berkeringat dingin dan deg-degan setiap diajak ke Rumah Sakit. Seringnya sih kalau ada teman atau saudara yang dirawat di Rumah Sakit, saya ogah ikut menjenguk, saya memilih untuk menunggu mereka pulang ke rumah dan saya akan menjenguk mereka di rumah saja.
2> Saya dulu tidak kuat melihat orang sakit. Campur aduk, antara kasihan, nggak tega, dll. Pokoknya setiap melihat orang sakit, lutut saya langsung lemas...
3> Saya dulu takut melihat kursi roda atau orang yang duduk di kursi roda. Tapi itu cuma dalam beberapa waktu, karena saya jadi tidak takut lagi setelah almarhumah nenek saya memakai kursi roda dan saya sering menemani beliau waktu itu, jadinya lama-lama saya jadi terbiasa melihat, menyentuh dan bergaul dengan kursi roda, bahkan kadang-kadang saya menaikinya dan dijalankan kesana kemari :p
4> cuma 1 nilai plus saya kalau saya belajar menjadi seorang dokter : saya tidak takut darah.
Saya sempat berpikir kenapa ya koq saya agak takut dengan hal-hal semacam itu, dan mungkin saya sekarang sudah tahu jawabannya. Sepertinya saya agak trauma ketika waktu itu saya menjenguk adik saya yang baru lahir di salah satu Rumah Sakit di daerah kuningan (dimana waktu itu saya masih biasa-biasa saja datang ke Rumah Sakit, saya sama sekali tidak takut atau apa). Nah tiba-tiba saya berpapasan dengan seseorang yang menggunakan kursi roda, dan OMG beliau tidak punya kaki, jadi hanya sebatas paha saja. Mungkin kalau saya pikir-pikir sekarang, itu adalah hal yang memang bisa saja terjadi, tapi apalah daya, ketika itu saya hanya seorang anak kecil yang begitu shock melihat pemandangan seperti itu. Dan sejak itu saya mulai takut untuk melangkahkan kaki ke Rumah Sakit. Kalaupun saya terpaksa ke Rumah Sakit, saya selalu celingukan, memastikan bahwa tidak ada hal-hal yang seram di sekitar saya.
Tapi semua hal itu sekarang bisa saya atasi, mungkin sejak nama saya terdaftar sebagai mahasiswi kedokteran, saya berusaha untuk melawan semua ketakutan saya, dan akhirnya saya sekarang berani ke Rumah Sakit sendirian dengan melenggang kangkung (dulu sih harus ada yang menemani dan saya pegang erat-erat tangannya kalau berkunjung ke Rumah Sakit)
Saya tidak tahu apa yang membuat saya memutuskan untuk mengambil jurusan kedokteran, yang jelas keputusan itu saya buat hanya sekitar sebulan sebelum pendaftaran masuk universitas. Dan saya mendaftar di kampus saya sekarang ini, pada hari terakhir pendaftaran dimana keesokan harinya saya langsung mengikuti tes masuk. Saya ingat, waktu itu saya benar-benar belajar keras untuk tes masuk itu, dan saya lulus dengan hasil yang sangat memuaskan (hehehe... bukan karena saya pintar, tapi tebakan saya pasti anak-anak yang lain tidak terlalu belajar karena mereka ---mungkin---tidak terlalu menginginkan status kemahasiswaan di universitas swasta)
Akhirnya saya pun benar-benar kuliah di jurusan kedokteran, dan tolong ya sodara-sodara, saya tidak pernah bangga-bangga banget dengan status itu seperti yang orang-orang kebanyakan pikir. Pasti tidak banyak yang tahu kalau saya pernah hampir berhenti dan pindah ke jurusan lain waktu saya baru menyelesaikan semester pertama saya, alasannya? Standar, saya merasa bodoh dibandingkan teman-teman yang lain, sebab IP semester 1 saya jauh dibawah teman-teman saya. Tapi saya tidak jadi pindah ke jurusan lain, dan saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah kedokteran saya dengan kepercayaan penuh bahwa saya akan bisa menyelesaikan ini semua, bagaimanapun caranya, dan lama-kelamaan saya berhasil mengatasi ketertinggalan nilai-nilai saya (bukannya saya mengagung-agungkan nilai, tapi itu cerminan dari hasil belajar kita juga kan ya?). Dan ternyata memang benar, Tuhan mengulurkan tanganNya kepada mereka yang telah bekerja keras :)
wish me luck for being a qualified doctor...
“Keep your dreams alive. Understand to achieve anything requires faith and belief in yourself, vision, hard work, determination, and dedication. Remember all things are possible for those who believe.”
(Gail Devers)
(Gail Devers)
7 comments:
mudah mudahan jadi dokter yang baiiiiik ya...yang bener bener mengabdi buat kemanusiaan
btw...kan bisa jadi dokter yang penari, trus kerja di lepas pantai/perusahaan minyak...hehehehe
wirandi paramasatya tuh anaknya sahabatku, drg wina, panggilannya randy, ceweknya juga anak FK seangkatannya tuh, Sisca ?
wirandi itu yg tinggi dan botak bukan y?
cici pasti bisa jadi dokter =)
ayo sama2 kita buktikan y.. hehehe...
jadi programmer kudu kantoran?
ahh.. ga juga :">. bisa freelance kok, selama masih ada yang namanya inet :D.
mau out? bisa. mau kerja kapan aja juga bisa :D. hehehehe
semoga bisa menjadi dokter yang diterima di sisi tuhan yang maha esa ya. lho.. :D
btw met kenal, maen ke web gw yak.
www.mppersonal.com
ngomong2 tentang mimpi, numpang naro lirik lagu ya
Oh my life is changing everyday
in every possible way
And oh my dreams
it's never quite as it seems
Never quite as it seems
the cranberries - dreams
mamah ani ---> oh tadi baru tau... dikasih tau ijal... hehehe...
koko ---> yah doakan saja ko...
empe ---> ahaha... waktu itu sih ga kepikir, bayanginnya mesti kerja kantoran... :p
1. waktu keciill.. saya pengin jadi pembalap motor.. sekrang juga pembalap si.. tapi balapan liar dijalan PWR-Jogja.. he3. maksudnya pas mudik dan balik.. ngebuuttt...
2. pas TK gara2 keseringan nonton commando dan rambo.. jadi pengin jadi tentara.. he3 keren aja bawa2 senapan ..
3. SD.. pengin jadi astronot..
4. SMP.. pengin jadi ilmuwan.. yang bisa bikin bom nuklir, buat ngancurin dunia.. gila g tu gua??
5. SMA.. bingung akan jati dirinya.. g tau apa yang dicita2kan..
6. hampir lu2s sma.. memutuskan untuk menjadi arsitek.. coz sesuai dgn minat dan bakat.. lagian seneng rasanya kalo liat hasil kerja te2p abadi sekalipun saya dah g ada..
7. gara2 sering dengerin dan liat gitaris2 top macam satrianai, vai, yngwie, buckethead, dan dengerin berbagai macam musik, trus pengin jadi musisi/gitaris pro.. he3.. tapi teteeep... arch is my life..
abimanyu ---> seneng yah bisa bilang "arch is my life", mudah2an sebentar lagi saya juga bisa bilang "medical things is my life" :)
hmmm... baca tulisan ini jadi kepikiran mulu ma cita-cita saya yang dulu....
iya yah.. semakin bertambah umur kita, kayaknya semakin berfikir realistis... tidak seperti dulu waktu masih kecil, tanpa perlu mikir panjang-panjang, tinggal asal sebut aja cita-cita kita apa.
kehidupan bermimpi...
dulu cita-cita saya adalah.... menjadi arkeolog :D
hahahaha.. serius nih! gara-gara dulu waktu kecil suka banget baca donal bebek atau nonton duck tales. sering banget kan ada cerita yang menceritakan perjalanan gober bebek mencari harta karun. kayaknya seru banget.. suasana petualangannya, nikmatnya perjalanan...
yah.. walaupun sekarang saya tidak bisa mewujudkan cita-cita itu, tapi esensi petualangan masih ingin saya cicipi.
ayo berpetualang!!!
cheerrrsss
www.mppersonal.com
Post a Comment